Kringgg….kringgg…kringgg….
tit tit – tit tit – tit tit
bunyi alarm saling bersautan
Bunda: “bangun nak, sudah pagi..”
Ade: “mmmmm..nanti bunda”
Bunda: “Ade…. sudah siang, nanti terlambat lo?”
Ade: “….mmmm iya bunda bentar lagi…”
si bunda berupaya terus untuk membangunkan si ade yang masih malas2an untuk bangun, lain halnya dengan kakaknya si Mira yang dari tadi terdengar samar-samar “byur..byur” kadang terdengar suara sumbang, kadang terdengar teriakan “dingiiinn….”
Mira: na na naaa la la laaaaaa……
Dokk!! Dokk!! Dokk!!
Ade: “ kak! Cepetan mandinya! Ade keburu pipis!”
Mira: “la lala naaa… bentar dek, masih belum selesai” dengan nada cuek mira membalasnya
Ade: “aduh kakak, cepetan kak!?”
Bunda: “Mira, cepetan mira kasihan adikmu”
Mira: “iya..iya bentar bunda”
Peristiwa ini hampir setiap pagi terjadi, perlu dibangunkan meskipun alarm sudah di stel, belum lagi berebut kamar mandi.
Nggak lama setelah semua beres akhirnya keluarga pak Totok berkumpul di ruang makan.
“Tik – tik – tik – tik “
Bunda: “makannya pelan-pelan ade?”
Ade: “keburu siang bunda”
Mira: “makanya kalau bangun jangan malas-malasan dong”
Mira: “Bunda, nanti uang saku mira minta ditambah ya” sahut mira sambil melirik bundanya.
Bunda: “Lo kenapa harus ditambah mira?”
Mira: “maaf bunda, kemarin lupa ngomong, kalau hari ini di sekolahan ada pengumpulan dana untuk disumbangkan ke saudara-saudara kita di Palestina” tandas mira
Ade: “Bunda!!, ade juga minta ditambah!?” sahut si ade
Bunda: “gimana Ayah, anak-anak minta uang tambahan” Sambut bunda ke ayah
Ayah: “Boleh, nanti akan ayah tambah tapi seadanya saja, soalnya ayah masih belum gajian”.
Mira+Ade: “Horeeeee!!!!” sahutnya serentak
Bunda: “Kok bilangnya horeee?” tandas bunda sambil mengerutkan alis matanya
Mira+Ade: “Alhamdullillah…terimakasih ayah..hehehe.” Jawab serentak
Ayah: “Kita harus bersyukur karena peristiwa itu tidak terjadi di Negara kita dan kita harus selalu mendoakan semoga permasalahan disana cepat terselesaikan..sehingga anak-anak disana bisa bersekolah dengan tenang, bercanda dan bermain seperti dulu.”
Bunda: “iya anak-anak kita harus banyak-banyak bersyukur dan jangan lupa untuk selalu mendoakan saudara-saudara kita disana.ya?”
Mira+Ade: “iya bunda…” sahut mereka kompak
Merekapun melanjutkan sarapan paginya, sesekali Mira dan ade saling melirik seolah-olah ingin menunjukkan keprihatinannya terhadap kejadian yang sedang di alami oleh teman sebayanya disana, dari kerutan matanya nampak bahwa sebenarnya mereka ingin berbuat sesuatu tapi tidak bisa untuk melakukan.
Ayah: “Anak-anak kok melamun semua? Ayah berangkat dulu ya? Hati-hati nanti dijalan dan jangan nakal, uangnya sudah di bunda”.
Mira+Ade: “i iya Ayah….” Jawab keduanya dengan perasaan kaget
Akhirnya keduanya memberi salam kepada ayahnya, mereka cium tangannya dengan penuh kasih sayang dengan harapan ciumannya bisa memberi motivasi kepada ayah tercintanya. Tidak lama kemudian si Mira dan si Ade berpamitan kepada bundanya untuk berangkat sekolah, mereka sekolah dengan berjalan kaki, kebetulan tempat mereka sekolah tidak begitu jauh dengan rumahnya.
Mereka berjalan beriringan, berjalan bersama sambil bercanda gurau, sesekali menyapa dan tersenyum kepada orang yang melintas didepannya. Kebersamaan terjalin pada keduanya, mereka kelihatan saling melindungi, menghargai dan menghormati kepada saudaranya. Sesampai di depan kelas merekapun berhenti dan sambil memberikan salam.
Ade: “kak, nanti pulangnya ade di tunggu ya”
Mira: “Iya, kalau duluan kamu kakak yang di tunggu ya”
Ade: “beres kak” sahut ade dengan semangatnya
Akhirnya keduanyapun berpisah didepan kelas si Mira menuju ke kelas
2 sedangkan si Ade menuju ke kelas 1, Bel tanda masuk pun berbunyi dan suasana belajar terdengar begitu tenang, sesekali terdengar tawa, nyanyian dan kadang suara MC dari T.U yang memanggil sebagian dari siswa-siswinya. Menit demi manit dilalui, jam berganti jam hingga bel sebagai tanda berakhirnya pelajaranpun berakhir. Nampak dari kejauhan wajah-wajah ceria terlihat, mereka bangga, berlari kasana kemari, saling menyapa dan saling memberi salam… kekompakan dan kebersamaan terlihat dari wajah-wajah mereka.
Ade: “Assalamu’alaikum kak, sudah lama nunggunya”
Mira: “Wa’alaikum salam.. Baru aja kok.” Sahut Mira dengan tersenyum “Ayo kita pulang.”
Ade: “ Ayo kak”
Merekapun kembali beriringin melangkah untuk pulang, tidak pernah bosan-bosannya sambil bercanda,bercerita dan bergurau, hingga pada akhirnya langkah si Ade berhenti.
Mira: “Kenapa berhenti de”
Ade: “lihat kak, dia teman sekelasku…” jelas si ade sambil menunjukan tangannya ke arah yang dimaksud
Mira: “mmm mana? O itu? Kok sepedanya nggak di naikin?” sela mira penuh tanda tanya
Tanpa pikir panjang keduanya mendekati teman si ade yang dari tadi kelihatan memegangi sepedanya.
Ade: “Budi? Sepedamu kenapa?” Tanya ade seketika
Budi: “Oh Ade, nggak tahu tadi di situ terkena paku, jadinya meletus bannya” jelas si budi sambil menunjukkan ke arah paku yang dimaksud
Ade: “Oo kenapa nggak di bawa ke tambal ban yang ada di samping sekolahan kita?” tegas ade ke budi “Rumahmukan jauh?” lanjut Ade
Budi: “Maunya sih, tapi aku tidak punya uang, jadi biar aku pegangi saja”. Jelas si Budi
Mendengar jawaban tersebut akhirnya si Ade menyentuh tangan kakaknya seolah-olah memberi isyarat untuk membantu temannya agar bisa membawa sepedanya ke bengkel. Si Mirapun mengerti maksud dari adeknya.
Mira: “Budi, sebelumnya kakak minta maaf ya… Apa yang dikatakan ade memang benar kalau bisa sepedanya dibawa ke tambal ban saja”
Budi: ‘tapi kak” sahut si budi
Mira: “sudahlah nanti kami yang akan menggantikannya.” jelas mira dengan tegas
Akhirnya ketiganya berjalan bersama menuju bengkel yang dimaksud, setelah sampai disana. Si Budi memberikan sepedanya ke Tukang bengkel,sambil menunggu mereka bercanda gurau.
Tukang ban: “sepedanya sudah selesai dek”
Mira: ‘mm iya pak, Habis berapa pak?” sambung mira
Tukang ban: “3000 saja neng.”
Mendengar harga 3000 mira langsung terkejut, mira sadar bahwa uang yang dibawanya masih kurang, dia langsung melihat adeknya. Si ade pun melihat wajah kakaknya sambil tersenyum, nggak lama kemudian dikeluarkan uang ribuan dari sakunya untuk diberikan ke kakaknya.
Mira: “terimakasih dek”
Akhirnya mira pun membayar uang sejumlah 3000 ke tukang tambal ban
Mira: “ini pak uangnya”
Tukang ban: “terimakasih neng.”
Mira: “sama-sama pak”
Si mira, si ade dan si budi saling berpamitan untuk pulang, mereka berpisah ditempat tersebut, si budi dengan sepedanya langsung pulang sedang mira dan ade pun bergegas pulang dengan berjalan kaki.
Mudah-mudahan dari cerita pendek diatas ada manfaatnya… terimakasih
Gaul Boleh, Ngawur Jangan
-
gaulislam edisi 891/tahun ke-18 (16 Jumadil Awal 1446 H/ 18 November 2024)
Ya, bergaul sih boleh-boleh aja, Bro! Tapi inget ya, jangan sampe jadi
“gaul nga...
5 hari yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar