Subscribe

Powered By

Powered by Blogger

Minggu, Januari 25, 2009

belajar untuk ikhlas

Tidak ada satu obat pun yang bisa menyembuhkan sakit hati, kecuali keikhlasan, demikianlah peribahasa dari Arab. Apakah sesuatu yang telah kita berikan sudah diniati dengan keikhlasan?
Berbuat ikhlas tidaklah mudah untuk dilakukan, terkadang apa yang sudah kita perbuat ingin mendapat pujian bahkan ingin diperhatikan oleh orang-orang disekitar kita. Berat sekali untuk ikhlas tapi inilah yang harus kita lakukan, menolong, memberi, mengerjakan haruslah dengan hati yang tulus tidak mengharap balasan bahkan pujian dari orang lain, hal ini agar kita terhindar dari rasa pamrih dan kesombongan. Dalam hal berinteraksi dengan sesama kita pun tidak boleh memandang sebelah, melihat status, melihat kedudukan atau bahkan melihat kesukuannya. Kita diciptakan dalam derajat yang sama.
Apa yang sudah kita perbuat pada orang lain harus kita tanamkan dengan rasa ikhlas, jangan pernah berharap agar orang lain membalas budi kita dikemudian hari. Saling memberi nasehat, tanpa melihat jabatan atau kedudukan. Ciri-ciri keikhlasan yang melekat pada hati seseorang adalah mau menerima nasehat meskipun nasehat itu datang dari santri terhadap kyainya, adik terhadap kakaknya, buruh terhadap atasannya, dan masih banyak yang lain. Sebaliknya yang memberi nasehatpun harus ikhlas tanpa harus minta imbalan atau memberitahukannya kepada orang lain, rasa pamrih harus kita hilangkan.
Jadi apa kita tidak boleh mendapat pujian dari orang lain? Atau mendapat imbalan yang setimpal dari yang pernah kita berikan?


Soal pujian, mendapatkannya tidak apa-apa itu bukan sebuah tanda tidak ikhlas, artinya di puji boleh tapi mengharap pujian itulah yang di larang. Suatu ketika Rasulullah saw, ditanya oleh seseorang.”Bagaimanakah kalau seseorang beramal kebaikan karena Allah, tiba-tiba dipuji-puji orang?” Nabi saw, menjawab,”itu sebagai pendahuluan kabar baik bagi seorang mukmin.”

Ikhlas dalam beramal:
Apasih ikhlas itu? Menurut Imam Harits Al Muhasibiy orang ikhlas adalah yang tidak suka memperlihatkan amal kebaikannya pada orang lain walau itu cuma sebesar atom, dan ia tidak marah seandainya orang lain memperlihatkan kekurangan dari amalnya.
Sedekah yang paling baik adalah yang dikeluarkan dalam keadaan berkecukupan, hal ini agar kita akan lebih ikhlas dalam mengeluarkan sedekah, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Bukhari “Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan dalam keadaan berkecukupan, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.” Yang dimaksud orang-orang yang menjadi tanggunganmu yaitu dalam bersedekah dahulukanlah orang-orang yang ada hubungan kekerabatan dengan kita dengan demikian kita akan memperoleh dua pahala, yaitu pahala bersedakah dan pahala silaturrahmi.

Ikhlas ketika mendapat musibah:
Ujian yang paling berat adalah ketika kita mendapat musibah. Tapi musibah yang kita hadapi akan menjadi ringan jika kita menjalaninya dengan rasa ikhlas, selalu tegar meskipun kita di PHK dari tempat bekerja, selalu tegar meskipun usaha yang sudah dijalani bertahun-tahun mengalami kebangkrutan, selalu tegar meskipun orang yang kita cintai kembali ke Rahmatullah, dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
Harta,benda bahkan nyawa adalah titipan Allah, kita hanya sekedar menjalankan dan merawatnya karena suatu saat apa yang sudah kita miliki akan kembali kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan. “innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun” QS: al-Baqarah 155-156. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang sabar dan selalu bersikap ikhlas dalam menghadapi musibah.

Ikhlas dalam beragama:
Keikhlasan akan tercermin ketika apa yang kita perbuat semata-mata hanya mencari ridho Allah, tidak ingin shalatnya mendapat pujian karena membaca surat-surat yang panjang waktu menjadi imam, tidak ingin mendapat pujian karena sudah menjalankan puasa-puasa sunnah, tidak ingin zakat yang sudah dikeluarkan mendapat pujian dari orang lain. Ber-ikhlaslah dalam menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi segala yang dilarang-Nya, menjadikan agamanya sebagai agama yang jika diterapkan secara total dan benar, akan membawa rahmat bagi manusia dan seluruh alam.

Mudah-mudahan segala yang sudah kita perbuat didasari dengan niat yang tulus dan rasa ikhlas yang dalam.

9 komentar:

  1. Ass, ya...ikhlas itu memang berat. Hanya Allah dan dirinya yang tau. Kita hanya menghukumi sebatas dzahirnya saja. Selalu luruskan niat karena Allah semata, agar amalan kita gak sia2...
    salam ukhuwah.

    BalasHapus
  2. Ikhlas mungkin berawal karena terpaksa, dengan kita memaksa menjalankan suatu kebaikan, dan dilakukan scara rutin mungkin lambat laun, tanpa kita sadari bisa menjalankan ibadah itu sendiri. misalnya. kalo kita sholat malam, emang awalnya susah banget, tapi kita harus paksa, 1, 2, 3 atau 1 minggu mungkin masih susah tapi karena dah terbiasa lambat laun akan sendirinya berjalan dengan ikhlas, jadi ikhlas kan tumbuh karena kebiasaan. WaAllahu A'lam

    BalasHapus
  3. makasih mas, udah memperingatkan saya

    BalasHapus
  4. Welll.. Ilmu ikhlas itu emang yang paling susah ya??? ^_^ tetap tersenyum sobat...

    BalasHapus
  5. mas, gimana caranya biar kita ngak riya', sangat sulit bagi saya mengendalikan keinginan untuk selalu dipuji manusia, saya takut kalo ibadah saya selama ini jadi sia sia

    BalasHapus
  6. Terimakasih mas dian sudah mampir ke blog saya, jadi memang berbuat ikhlas itu tidak mudah, dalam perbuatan kita bisa ikhlas tapi di hati kadang berlainan, sebaliknya dalam hati sebenarnya sudah ikhlas tapi disikap dan perbuatan kita terkandang ingin diperhatikan oleh orang disekitarnya.

    Ada sebuah kisah, pasukan kaum muslimin yang dipimpim Maslamah bin Abdul Malik tengah kebingungan menembus benteng musuh yang telah dikepung berhari-hari. Padahal pada benteng itu ada sebuah celah yang bisa dimasuki namun nggak ada satupun orang yang bisa melakukan hal itu. Sampai suatu saat seorang prajurit (yang tidak diketahui namanya) ternyata bisa melakukannya bahkan dengan aksinya itu akhirnya kaum muslimin memperoleh kemenangan. Jelas aja Maslamah bin Abdul Malik gembira dan ingin berjumpa dengan sang penakluk benteng nan gagah berani itu. "Aku minta agar prajurit penyusup ke benteng musuh datang menemuiku" pintanya.
    Namun tak ada seorang pun prajurit yang datang memenuhi permintaan Maslamah. Sampai datang seseorang memasuki kemahnya. "Aku akan memberitahu pada Anda siapa prajurit itu." kata laki-laki itu.
    "Tapi orang itu mengajukan tiga syarat pada Anda, PERTAMA,janganlah Anda menuliskan namanya dalam surat Anda kepada khalifah. KEDUA dan KETIGA, janganlah Anda memberinya hadiah dan bertanya dari kabilah mana ia berasal." Setelah Maslamah menyanggupi permintaan itu barulah laki-laki itu berkata. "Saya adalah orang yang masuk ke dalam benteng tersebut." Dan Maslamah pun tidak pernah tahu siapa nama prajurit tersebut.
    Demikian kagumnya dengan keikhlasan prajurit tersebut, maka semenjak pertemuan itu dalam setiap akhir sholat Maslamah selalu berdoa;"Ya Allah jadikanlah aku bersama prajurit penakluk tersebut."

    Kisah diatas begitu mulianya padahal nyawa sebagai taruhannya tapi prajurit tersebut tidak mengharap imbalan jasa atau kedudukan.
    Semoga mas Dian bisa mengambil hikmah dari cerita diatas, maturnuwon

    BalasHapus
  7. terima kasih atas jawabannya.terima kasih juga ats comment nya,

    BalasHapus
  8. I think the sincerity is not a think that you can control. In fact, seems to be better to be always correct with the others.

    BalasHapus
  9. bener bangetz gan,,,
    palagi yang paling sulit tuh ilmu ikhlas,,,

    BalasHapus